Wednesday, January 6, 2016

Percayalah.


Ada yang diam-diam ingin disapa olehmu. Percayalah.

Ada yang mengharap pertemuan kedua, setelah matamu mendarat di matanya, tanpa aba-aba.

Ada yang setiap hari terbangun buru-buru, demi sebuah frasa ‘Selamat pagi’ dari bibirmu.

Ada yang tak pernah berhenti mencatat. Sebab, setiap kalimatmu adalah peta. Ia tak mau tersesat.

Ada mata yang berbinar sempurna dalam tunduk sipu, tiap kau sebut sebuah nama, miliknya.

Ada yang mengembangkan sesimpul lengkung di bibirnya, di balik punggungmu, malu-malu.

Ada yang memilih terduduk saat jarakmu berdiri dengannya hanya beberapa kepal. Lututnya melemas, tiba-tiba.

Ada yang tak pernah melepas telinganya dari pintu. Menunggu sebuah ketukan darimu.

Ada yang dadanya terasa berat dan kau tak pernah tahu, saat kau tak tertangkap matanya beberapa waktu.

Ada yang pernah merasa begitu utuh, setelah kaki-kaki menjejak jauh darinya. Sekarang, runtuh.

Ada yang diam-diam mendoakanmu, dalam-dalam.

Percayalah.

Andi  Gunawan.
.
.
.
.
puisi ini saya dapat, ketika membaca Official Account "Kumpulan Puisi", di timeline LINE. Sajaknya bagus, apalagi jika ditemani dengan secangkir kopi atau teh, dan roti.


1 comment: