Hallo, Tuhan. Maaf aku tidak menyapa Tuhan dengan "selamat pagi", "selamat siang", "selamat sore", atau selamat-selamat yang lainnya. Aku tidak tahu sekarang sudah pukul berapa di surga sana. Kalau ditempatku sih sudah pukul 9:54 PM. Berapa perbedaan waktu antara surga dan Pangandaran, Tuhan?
Tuhan, aku tidak tahu apakah sekarang Tuhan sedang sibuk atau tidak. Maaf kalau misalnya aku menganggu Engkau saat ini. Tapi, di antara banyaknya obrolan denganMu, bisakah aku ikut menyempilkan perasaanku, Tuhan?
Aku tahu Kamu selalu mendengarkan isi hatiku, meski Kamu tidak langsung memberi tepuk-tepukan ringan pada punggungku seperti yang sering dilakukan teman-temanku. Aku tidak curiga apakah Tuhan mendengar doaku atau tidak, sebab aku yakin telinga Tuhan pasti selalu terbuka bagi siapapun yang percaya padaMu. Bahkan kalau pun mungkin Tuhan tidak langsung mengabulkan doaku pasti itu karena saking banyaknya doa yang masuk setiap hari ke hadirat Tuhan. Aku yakin pelukan Tuhan selalu terbuka bagi siapapun yang merasa lelah pada dunia yang membuatnya mengigil. Aku juga yakin tangan Tuhan bisa kembali menyatukan kepingan-kepingan hati yang patah dan menyembuhkan hati yang tergores.
Kalau boleh berbincang sedikit, aku mau menceritakan tentang dia yang saat ini sedang mendapat tahta istimewa di relung kalbuku, Tuhan.
awalnya aku mengenal dia dari sekedar permainan roleplayer. Ah, Tuhan pasti tahu itu kan? Tuhan juga pasti tahu kalau awalnya aku kira itu adiknya yang seorang perempuan. Tuhan juga tentulah tahu kalau misalnya saat itu aku tahu dia seorang laki-laki lebih dulu dan berdampak aku takut menjalin hubungan "couple RP" dengannya mungkin kisah cinta kami tidak akan terjalin.
Tuhan, aku tidak tahu dia itu nyata atau tidak. Dia merupakan sosok pria maya yang indah namun bisa membuat aku gila dan jatuh cinta, jatuh duren, jatuh strawberry atau jatuh apapun yang enak hanya karena tiap pesan singkat yang mampu terbaca dilayar ponselku.
Aku tahu sebenarnya ini merupakan kemahatololan ku yang dengan begitu mudahnya menyerahkan hatiku pada pria yang entah nyata atau tidak seperti dia. Aku tahu itu, Tuhan. Aku minta maaf untuk hal itu. Dan juga untuk kemahaidiotanku yang sudah tahu itu tolol tapi masih saja menaruh perasaan pada dia. maaf juga untuk yang itu, Tuhan.
Tapi, Tuhan tahu kan aku benar-benar menyayangi dia? Tuhan tahu kan betapa cemasnya aku kalau tahu-tahu dia menghilang tanpa kabar? Tuhan tahu kan betapa khawatirnya aku saat tahu dia belum makan, atau saat dia sakit, atau saat dia kurang istirahat? Juga betapa terlukanya aku saat tahu dia sedang sedih atau bahkan menangis.
Tuhan, mungkin ini permintaanku yang ke lebih dari 1.260.406 kalinya sejak aku bisa memanjatkan doa pada Tuhan. Tapi ku harap Tuhan tidak bosan mendengarkan permintaanku yang mungkin tidak akan ada habisnya. Aku mohon kesembuhan untuknya, Tuhan. Hanya itu permintaanku untuk saat ini. Bahkan, jika ternyata ini cuma skenario untuk membohongiku, paling tidak jangan berikan kesusahan apapun pada hidupnya. Jagalah kebahagiaannya, Tuhan. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya adalah segala yang kuharapkan. Aku memang tidak bisa menyentuhnya untuk saat ini. Tapi paling tidak aku bisa memeluknya dalam doa. Mungkin, lewat kata-kata ini dia bisa merasakan genggamanku pada jemarinya tiap kali ia tertidur. Lewat kata-kata ini, aku ingin dia tahu bahwa dia ada dalam doaku meski tidak setiap waktu. Karena sejujurnya aku sendiri sering tidak rutin berdoa. Ah, iya! ini permintaan maafku juga. Maafkan aku, Tuhan.
Akhir percakapan ini, tidak kembali pada bagian awal tapi pada paragraf diatas, paragraf kedelapan. Aku hanya ingin dia hidup bahagia. cukup :)
No comments:
Post a Comment