Tuesday, June 19, 2012

Papi..

Gue punya dua ayah dan dua ibu.. Ayah dan Ibu kandung yang gue panggil Papa dan Mama. Dan sepasang suami istri yang menganggap gue sebagai salah satu anak mereka. Mereka seringkali gue panggil Papi-Mami.

Papi bernama lengkap Arthur Handoko Lee, pria kelahiran tahun 1964 adalah sosok laki-laki paruh baya yang cenderung unik. Percaya atau tidak Papi lah yang ngenalin gue pada rokok dan alkohol. Dia bilang tiap manusia punya persepi sendiri dan biarlah mereka yang memutuskan baik dan buruk untuk hidupnya sendiri.
Gue ngga pernah sekalipun lihat Papi marah. Beliau bilang saat kita marah sama seseorang, lewat apapun itu entah tulisan maupun lisan. Makian kita pasti membuat hatinya bergetar dan amarah kita menancapkan semacam merica yang pedas di lubuknya. Rasanya itu gateeeeel dan perih.

Dan, percaya atau ngga gue lebih hormat sama Papi. Selain karena dia ngga pernah sekalipun marah sama gue, dia selalu bisa ngebuat gue penasaran. Tiap kali gue marah dia bakal ngasih satu kalimat penuh ambigu yang ngebuat gue penasaran dan akhirnya lupa pada kekesalan gue.

Beliau pernah bilang "Kiyi (nama panggilan gue saat kecil) tahu, sebenernya nginjek granat itu ngga pernah berbahaya". Pertama kali gue denger kalimat ini gue langsung protes "Dahell! mana mungkin nginjek granat itu ngga pernah berbahaya?! kita bisa mati kali kalo nginjek granat".

Tapi beliau malah tersenyum dan bilang "Coba Kiyi pikirin dulu apa maksudnya". Setelah itu dia ninggalin gue yang langsung muter otak mikirin maksud kalimatnya barusan. Dan akhirnya gue tahu jawabannya sekarang..
Menginjak granat itu nggak pernah berbahaya, yang berbahaya adalah saat kita melepaskan kaki kita setelah berhasil menginjak granat.

dan tadi juga, saat gue emosi karena salah satu teman. Beliau bilang "di dunia ini, orang-orang lebih senang menyalahkan langit saat sepatu mereka terkena lumpur"
Butuh sekitar 1jam buat ngerti apa maksud perkataan Papi. saat hujan memang banyak yang lebih sering menyalahkan langit. katanya air hujan yang menyebabkan tanah becek dan jadi berlumpur. Padahal kalau air hujan turun di jalanan beraspal, tidak akan ada lumpur kan? Kenapa orang-orang lebih suka menyalahkan langit yang lebih tinggi kedudukannya daripada melihat tanah yang lebih rendah? Kenapa juga orang marah saat sepatunya terkena lumpur? bukannya mereka yang memilih berjalan diatas tanah yang becek?
Itu sih persepsi gue ya, gue ngga tahu tentang persepi kalian yang mungkin aja beda :p

Tapi yang jelas, sosok Papi adalah sosok yang unik dalam hidup gue. Dia bisa menanamkan nilai kehidupan pada gue tanpa harus menggurui dan menjelaskan pendapatnya. Dia membiarkan gue menyimpulkan jawaban gue sendiri dengan karakteristik pola pikir gue sendiri. Karena buat Papi, pelajaran yang paling baik untuk kita adalah kehidupan yang sedang kita alami sekarang.

No comments:

Post a Comment