Monday, January 25, 2016

5 years ago.

25 Januari 2011
05.49pm

Namanya Richie. Alexander Richie Felix Saputra.
Orang yang pertama kali mengenalkan apa itu cinta masa kanak-kanak kepada saya.
Orang yang pertama kali melihat saya jatuh dari sepeda roda tiga.
Orang yang pertama kali membuat saya bisa kembali tertawa setelah menangis.
Orang yang selalu bisa membuat saya tersenyum dengan caranya, selabil apapun emosi saya saat itu.
Orang yang selalu ada untuk saya.
Orang yang selalu bisa membuat saya tidak sanggup untuk membencinya, bahkan ngambek seharian pun tidak.
Orang yang pertama kali menyanyikan lagu A Whole New World untuk saya, setelah kami sama-sama nonton film animasi Aladdin.

***

Dear Richie,

Aku nggak tau apakah di surga sana ada internet atau nggak. Apakah di surga sana kamu bisa ngebaca apa yang selama ini aku tulis, baik di notes facebook atau blog?

Tapi, aku akan berandai-andai kalau kamu tau semuanya, semua yang ku ceritain, dan ku rasain ketika kamu pergi.

Kamu satu-satunya orang yang nangis hanya karena aku nutup pintu di depan kamu tanpa kata-kata.

Kamu satu-satunya orang yang bisa tersenyum, dan malah mengulurkan tangan, mengajakku untuk berteman setelah aku berbuat kasar.

Kamu, adalah cowok pertama yang ku kenal yang mempunyai hati paling tulus dan polos, yang mempunyai senyuman yang menular, tawa yang menenangkan, dan sikap usil yang kebangetan.

Kamu adalah orang yang membuatku belajar dengan rajin, agar bisa menjadi istri ilmuwan.

"kamu larinya cepet banget sih, mau jadi pelari ya kalau udah gede nanti?"

"ngga tuh, aku ngga mau jadi pelari"

"terus cita-cita kamu apaan?"

"aku mau jadi istrinya ilmuwan. kamu?"

"kalo gitu, aku mau jadi ilmuwan! Kita harus belajar sama-sama biar pinter, masa' sih istri ilmuwan masa bodoh?"

Lihat kan? Aku bahkan masih mampu mengingat dengan jelas percakapan kita saat lomba lari dulu. Dimana setelahnya kamu ngebeliin aku es cendol.

***

Banyak orang-orang yang bilang "nggak kerasa ya udah 5 tahun Richie pergi"

Tapi, nggak sama aku, Chie. Aku merasakan dengan jelas 5 tahun ini tanpa kamu, tanpa adanya sms kamu, chat bareng kamu, atau ngobrol via telpon sama kamu.

Setiap kali aku berkaca dicermin, dan menyadari perbedaan di tubuhku, akan selalu ada berbagai macam pemikiran yang hinggap dikepalaku.

'seandainya kamu hidup, kamu bakal kayak apa ya sekarang? Lebih tinggi kah? Lebih ganteng kah? Atau mungkin di wajah kamu bakalan tumbuh jerawat? Hehehehe'

'Seandainya kamu masih hidup, gimana ya kamu saat SMA? Kamu pasti ngambil jurusan IPA deh, bahkan, mungkin dengan nilai memukau kayak biasanya'

'Tau nggak sih, aku kesel sama UAN kita. Nilai ku nggak begitu memuaskan. Dan, seandainya kamu masih hidup, gimana ya kamu ngadepin UAN yang berstandar internasional itu? Kamu bakal gugup juga kayak aku, nggak?'

'Seandainya kamu masih hidup, jurusan perkuliahan apa yang kamu mau ambil. Atau mungkin kamu bakal milih kerja dulu? Jalan-jalan ke banyak tempat, kayak yang selama ini kamu inginkan'

'Dan, seandainya kamu masih hidup... mungkin nggak kita masih bisa kayak dulu? Kamu ada untuk aku, dan aku untuk kamu? Ketika aku ngerasa sedih, aku bisa kapanpun nelpon kamu. Ketika aku ngerasa senang, aku bisa kapanpun ngechat kamu. Mungkin nggak, janji yang dulu kamu ucapin bisa dipenuhi?'

Ngomong-ngomong soal janji, aku sempet kesel sama kamu. Jahat banget ya kamu, Chie. Tega-teganya buat janji yang nggak bisa kamu tepati.

Bisa-bisanya kamu minta aku jadi istri kamu, ketika 5 tahun yang lalu, kamu udah pergi duluan.

Anyway, sejak kamu pergi, aku selalu gagal dalam hubungan romansa percintaan.
Awalnya mereka ngejar aku, bersikap menyayangi aku, dan ketika aku mulai terbiasa, mereka selalu menyerah dan pergi.

Nggak tau kenapa, tapi alurnya selalu gitu.
Sampai, ada yang bilang ke aku kalau "mungkin Richie nggak mau ada yang ngerebut calon istrinya?"

HAHAHAHAHAHAHA!! delusional ya, Chie? Tapi kenapa aku malah meyakini omongannya dia?

Kenapa aku malah berharap kamu beneran nggak rela ada pria lain yang ada disamping aku, dan mungkin suatu hari nanti, saat kita sama-sama berusia 25tahun, kamu akhirnya kembali dan nepatin janji yang dulu kamu ucapin?

Kamu balik dong, Chie. Cuma kamu satu-satunya cowok yang memperlakukan aku seolah-olah aku adalah hal paling berharga yang dia temuin dalam hidupnya.

Cuma kamu, satu-satunya cowok yang dengan jahatnya pergi buat selamanya bahkan tanpa ngucapin satupun kalimat perpisahan.

Saat itu, kamu bahkan nggak minta putus sama aku, inget nggak?!?

Aku nggak pernah nyangka, saat kamu bilang "liat aja ya, aku bisa sayang sama kamu selamanya. Buat aku, selamanya ya cuma ada kamu" kamu bener-bener bermaksud kayak gitu.

Rasanya, lebih baik aku ngeliat kamu pacaran sama cewek lain, dan kita masih bisa temenan, ngobrol, saling curhat-curhatan.

Yang penting, kamu masih disini. Itu yang terpenting.

Anyway, udah 5 tahun tapi nggak sekalipun kamu muncul, bahkan cuma sekedar di mimpi ku pun nggak. Kamu tau aku kan pelupa parah? Dan, aku mulai lupa wajah kamu, mulai lupa aroma sabun dan shampoo yang kamu pake, mulai lupa suara kamu. 

Kamu nggak berniat ngunjungin aku gitu? Sekedar say hi, atau apapun deh! Seenggaknya muncul dong. Satu menit aja, biar aku tau kalau sebenernya kamu juga kangen sama aku. Nggak adil, tau! Kamu bisa ngeliat aku tapi aku disini kangen setengah mati sama kamu.

****

Aku kangen sama kamu, Chie. Tiap tahun, rasanya aku merasakan sakit yang sama. Kangen sama Richie. Kangen yang saking parahnya sampai merangsek ke jantung. Sampai-sampai, rasanya tiap detakan jantung ku terasa menyesakkan.

Nanti malem, saat aku tidur, Richie mampir ya? Kita ngobrol sebentar? Kamu ceritain apa yang kamu alamin selama disurga, dan aku akan dengan setia mendengarkan. Atau aku yang nyeritain apapun yang aku lewatin selama ini, dan aku nggak akan keberatan kalau kamu mau menyela?

Nanti, dimimpi ku, aku siapin jus alpukat kesukaannya Richie. Biar Richie nggak bosen. Gimana?

No comments:

Post a Comment