Saturday, September 7, 2013

A Letter To You.

Dear Christofer William.

  Hai, namaku Anastasia Virainia Sari, dari kelas 12 IPA SMA Maria Mediatrix. Mungkin, kamu tidak mengenalku. Atau, mungkin kenal? Entahlah.

  Yang jelas aku mengenalmu. Aku mengetahui namamu, saat kita berkenalan di kantin waktu itu. Aku lupa hari, tanggal, dan waktunya. Yang jelas, saat itu kamu sedang menyantap nasi kuning Budhe dengan telur baladonya.

  Kau tau, aku sudah mengamati sejak setahun yang lalu. Meski saat itu aku tidak tahu kalau ternyata aku menyukaimu. Yang jelas, akhir-akhir ini aku selalu memikirkanmu. Kau bahkan tidak pernah absen dalam pikiranku. Kau sering muncul dalam mimpi malamku, yang membuatku akhirnya terheran-heran saat pagi muncul.

  Aku tidak tau apa spesialnya dirimu. Sungguh, hingga kini, aku sendiri tidak tahu apa kelebihanmu yang membuatku hilang akal, saat kita tidak sengaja berpapasan di kantin. Katakan padaku, mantera apa yang kau gunakan hingga membuat lidahku kelu saat kita bertemu di lorong sekolah. Sihir apa yang kau punya sampai membuat otak ku mati rasa saat melihatmu tersenyum dengan teman-temanmu.

  Kadang, aku ingin menjadi temanmu. Aku ingin senyummu kau tujukan padaku. Aku ingin kita dapat saling tersenyum saat kita bersama. Meskipun, sedetik kemudian aku selalu terhenyak. Pikiran bodoh macam apapula itu.

  Katakanlah aku tolol. Aku tidak mengerti tentang perasaanku sendiri. Tapi, sungguh, aku ingin bertanya padamu. Apa yang kau rasakan saat pertama kali aku mengajakmu berkenalan? Apa yang kau pikirkan saat melihatku secara tidak sengaja di tangga SMA? Apa yang kau rasakan saat melihatku berjalan di lapangan sekolah? Apa yang kau pikirkan tentangku?

  Aku tau, kau tidak mungkin membaca surat ini. Aku tidak punya nyali untuk memberikannya padamu. Hey, ini bukan serial drama Korea. Aku tidak mungkin nekat untuk mengatakan “Hey, Chris. Aku menyukaimu. Maukah kau membaca suratku?”
Itu bunuh diri namanya. Di Indonesia, negara kita, itu dibilang tidak tahu malu.

  Kalau kau ternyata membaca surat ini, maukah kau melupakannya? Anggap saja kau hanya membaca artikel roman picisan orang lain, yang tidak ada sangkut pautnya tentangmu. Atau,  paling tidak, tolong sembunyikan ini dari siapapun.

  aku tidak ingin membuatmu menjadi bahan olok-olok temanmu. Aku tidak ingin menjadikan diriku, terutama perasaanku, menjadi bahan lelucon. Rasanya sangat menyakitkan, kau tahu?
Ini bukan sepenuhnya keinginanku untuk jatuh cinta padamu. Ini bukan kehendak ku kalau ternyata aku memikirkanmu dan nyaris gila karena nya.


  Tiap orang butuh sarana untuk mencurahkan perasaannya. Dan ini cara ku untuk mengungkapkannya. Ku harap kau, dan siapapun yang membaca ini dapat menghargainya.

No comments:

Post a Comment