Dear my future husband,
Aku ini perempuan yang
egois, keras kepala, dan cengeng. Jika kamu memilihku, maka aku adalah
perempuan paling beruntung di dunia. Because
finally there's someone that stupid enough to love me.
Jangan paksa aku untuk
mengikuti aturanmu, karena aku yang keras kepala ini akan merasa hidupku
terpenjara olehmu. Semakin kamu memaksa aku untuk mengikuti aturanmu, semakin
aku merasa terkekang, maka aku akan semakin membangkang. Percayalah, jiwa
memberontak ku ini sudah tumbuh ketika aku masih ada dalam rahim ibuku.
Gunakan
kelemahan ku untuk mengaturku. Meski kadang aku grasak-grusuk dan rempong
setengah mati, aku adalah orang yang amat realistis. Aku akan lebih menyukai
ketika kamu memberikan alasan, bukannya larangan. Percayalah, kalau kamu
berhasil menggunakan kelemahan ku yang satu itu, aku bukan hanya akan patuh
padamu, aku akan menghormatimu dengan sepenuh hatiku.
Aku tidak janji akan pandai memasak
(meski aku cukup jago dalam mengulek sambel dan menggoreng telor), karena
percayalah, lidahku bahkan tidak bisa membedakan makanan yang enak dan tidak.
Bagiku, hanya ada makanan yang enak dan enak banget. Tapi jangan khawatir, aku
cukup jago dalam membersihkan rumah, mencuci peralatan makan. Untuk urusan mencuci
baju, kita bisa pakai mesin cuci, jadi aku tidak akan bilang aku jago mencuci
baju.
Aku juga
tidak bisa menjanjian untuk bersedia berdiam diri di rumah. Sejak kecil, aku
adalah anak yang aktif bergerak kesana-kemari. Aku akan merasa otot dan otakku
akan mati kalau kamu memintaku untuk terus berada di rumah. Aku ingin menggapai
mimpi-mimpi kecilku satu persatu, dan menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga
bukanlah impianku satu-satunya. Percayalah, aku akan rela berkorban memutar
otak dan menguras energi untuk membagi waktu dan perhatianku untukmu, dan
anak-anak. Kamu boleh mencabut hak ku mencapai mimpi kalau ternyata aku lalai
membagi waktu dan perhatianku, aku akan dengan rela melepaskan kebebasanku.
Aku adalah
orang yang cengeng dan pemarah. Tempramenku sering meledak-ledak, namun dapat
dengan mudah mereda ke titik terendah. Tolong, jangan bentak aku. Aku mudah
kaget dan merasa kesal. Biasanya, kalau sudah terlalu kesal, aku akan langsung
menangis. Sejujurnya, aku akan lemah dengan tatapan lembutmu, atau ciuman
manismu, atau pelukan hangatmu. Otakku yang lumayan cerdas ini bisa dengan
mudah kehilangan rasionalitasnya ketika berhadapan dengan kasih sayangmu.
Hehehe
Kelak,
kalau kamu membaca tulisan ini, mungkin kamu akan tertawa atau terharu atau
geli karena ternyata istrimu yang galak bisa menjadi melankolis dan (gagal)
romantis. Mungkin, saat itu, kamu akan meledekku habis-habisan sampai mukaku
memerah karena malu, dan berakhir dengan aku yang memelototimu karena kesal.
Atau
mungkin, saat itu kamu akan diam-diam tertawa dan menceritakannya ke anak-anak
kita. Mungkin mereka yang akan menggodaku “Cieee
cieee, Mamaaa. Cieeee”
Kalau kamu
adalah tipe orang pendiam dan serius, kamu akan berpikir “Astaga, aku nggak nyangka dulu istriku sebegini alaynya” sambil
geleng-geleng kepala.
Apapun
itu, seperti yang aku bilang diawal, jika kamu memilihku, aku adalah perempuan
paling beruntung di dunia. Aku tidak akan melepaskan keberuntunganku, aku akan
mencintaimu dengan setengah hati. Karena setengah dari bagian hatiku akan kuberikan
untuk anak-anak kita.
Mungkin
aku bukan perempuan terbaik di dunia, tapi kita akan berpetualang bersama. Aku
tidak akan menjanjikan perjalanan yang selalu romantis. Mungkin kita akan
sering bercekcok, kemudian berbaikan, kemudian ledek-ledekan, dan akhirnya manja-manjaan
seharian. Apapun itu, kita akan melaluinya bersama-sama. Saat ini, aku sedang
mempersiapkan perbekalan yang cukup untuk berpetualang bersamamu, dan aku yakin
kamu pun begitu. Aku akan berusaha menjadi istri terbaik dan terseru untukmu,
dan ku harap kamu pun demikian. Aku menanti petualangan kita kelak.
Tertanda,
Rekan
petulangan akhirmu.
No comments:
Post a Comment