Tuesday, March 21, 2017

Dear Future Husband.

Dear my future husband,

Aku ini perempuan yang egois, keras kepala, dan cengeng. Jika kamu memilihku, maka aku adalah perempuan paling beruntung di dunia. Because finally there's someone that stupid enough to love me.

Jangan paksa aku untuk mengikuti aturanmu, karena aku yang keras kepala ini akan merasa hidupku terpenjara olehmu. Semakin kamu memaksa aku untuk mengikuti aturanmu, semakin aku merasa terkekang, maka aku akan semakin membangkang. Percayalah, jiwa memberontak ku ini sudah tumbuh ketika aku masih ada dalam rahim ibuku.
Gunakan kelemahan ku untuk mengaturku. Meski kadang aku grasak-grusuk dan rempong setengah mati, aku adalah orang yang amat realistis. Aku akan lebih menyukai ketika kamu memberikan alasan, bukannya larangan. Percayalah, kalau kamu berhasil menggunakan kelemahan ku yang satu itu, aku bukan hanya akan patuh padamu, aku akan menghormatimu dengan sepenuh hatiku.

Aku tidak janji akan pandai memasak (meski aku cukup jago dalam mengulek sambel dan menggoreng telor), karena percayalah, lidahku bahkan tidak bisa membedakan makanan yang enak dan tidak. Bagiku, hanya ada makanan yang enak dan enak banget. Tapi jangan khawatir, aku cukup jago dalam membersihkan rumah, mencuci peralatan makan. Untuk urusan mencuci baju, kita bisa pakai mesin cuci, jadi aku tidak akan bilang aku jago mencuci baju.

Aku juga tidak bisa menjanjian untuk bersedia berdiam diri di rumah. Sejak kecil, aku adalah anak yang aktif bergerak kesana-kemari. Aku akan merasa otot dan otakku akan mati kalau kamu memintaku untuk terus berada di rumah. Aku ingin menggapai mimpi-mimpi kecilku satu persatu, dan menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga bukanlah impianku satu-satunya. Percayalah, aku akan rela berkorban memutar otak dan menguras energi untuk membagi waktu dan perhatianku untukmu, dan anak-anak. Kamu boleh mencabut hak ku mencapai mimpi kalau ternyata aku lalai membagi waktu dan perhatianku, aku akan dengan rela melepaskan kebebasanku.

Aku adalah orang yang cengeng dan pemarah. Tempramenku sering meledak-ledak, namun dapat dengan mudah mereda ke titik terendah. Tolong, jangan bentak aku. Aku mudah kaget dan merasa kesal. Biasanya, kalau sudah terlalu kesal, aku akan langsung menangis. Sejujurnya, aku akan lemah dengan tatapan lembutmu, atau ciuman manismu, atau pelukan hangatmu. Otakku yang lumayan cerdas ini bisa dengan mudah kehilangan rasionalitasnya ketika berhadapan dengan kasih sayangmu. Hehehe

Kelak, kalau kamu membaca tulisan ini, mungkin kamu akan tertawa atau terharu atau geli karena ternyata istrimu yang galak bisa menjadi melankolis dan (gagal) romantis. Mungkin, saat itu, kamu akan meledekku habis-habisan sampai mukaku memerah karena malu, dan berakhir dengan aku yang memelototimu karena kesal.

Atau mungkin, saat itu kamu akan diam-diam tertawa dan menceritakannya ke anak-anak kita. Mungkin mereka yang akan menggodaku “Cieee cieee, Mamaaa. Cieeee”

Kalau kamu adalah tipe orang pendiam dan serius, kamu akan berpikir “Astaga, aku nggak nyangka dulu istriku sebegini alaynya” sambil geleng-geleng kepala.

Apapun itu, seperti yang aku bilang diawal, jika kamu memilihku, aku adalah perempuan paling beruntung di dunia. Aku tidak akan melepaskan keberuntunganku, aku akan mencintaimu dengan setengah hati. Karena setengah dari bagian hatiku akan kuberikan untuk anak-anak kita.
Mungkin aku bukan perempuan terbaik di dunia, tapi kita akan berpetualang bersama. Aku tidak akan menjanjikan perjalanan yang selalu romantis. Mungkin kita akan sering bercekcok, kemudian berbaikan, kemudian ledek-ledekan, dan akhirnya manja-manjaan seharian. Apapun itu, kita akan melaluinya bersama-sama. Saat ini, aku sedang mempersiapkan perbekalan yang cukup untuk berpetualang bersamamu, dan aku yakin kamu pun begitu. Aku akan berusaha menjadi istri terbaik dan terseru untukmu, dan ku harap kamu pun demikian. Aku menanti petualangan kita kelak.

Tertanda,

Rekan petulangan akhirmu.

No comments:

Post a Comment