Monday, July 14, 2014

nothing..



Gue pernah bilang kan, kalau gue selalu jadi yang terakhir tau semua permasalahan di antara temen-temen gue? Baik di SF, Megaloman, dan bahkan ABAC.
Awalnya gue selalu merasa sedih, karena gue berpikiran ‘gue kan nggak mau cuma hadir disaat temen-temen gue seneng’. Tapi lama-kelamaan gue jadi berpikiran ‘kenapa selalu gue yang nggak tau apapun? Kenapa selalu gue yang terakhir dikasih tau, padahal gue selalu berusaha untuk tetep ada buat mereka?’

Akhirnya muncul pikiran kalau mungkin aja sebenernya mereka yang nggak mau ngasih tau gue. Mungkin aja, mereka nganggep gue bukan siapa-siapa. Mungkin aja dimata mereka gue bukan apa-apa, jadi nggak ada artinya bagi mereka untuk berbagi beban ke gue. Mungkin aja, mereka cuma nganggep gue sebagai pelengkap. Ada atau nggaknya gue, nggak akan ada pengaruhnya bagi mereka.

Dan berdasarkan pikiran itu, gue sempet berusaha menghilang. Gue mau tau siapa yang bakal nganggep gue dan berusaha mencari gue kalau gue nggak ada. Gue mau tau seberapa penting dimata orang-orang yang katanya nganggep gue sebagai sahabat temen. Dan hasilnya? No one.

Awalnya Megaloman. Waktu itu, gue sempet mati sakit hampir seminggu. Gue pikir, mereka bakal –paling nggak basa basi- nanyain keadaan gue. Tapi, ternyata nggak ada. Mereka nggak peduli gue nggak masuk selama 4hari. Padahal ketika disekolah, mereka selalu nyari gue ketika nanya tentang pelajaran. Jadi gue ini sebenernya temen apa sekedar tutor pelajaran?

Dan setelah gue lulus, gue sempet berusaha nyari kerja. Kalian tahu, keluarga gue miskin, jadi gue nggak bisa berlagak sok jadi anak orang kaya dengan santai-santai dirumah. Gue nanyain anak-anak Megaloman siapa tau mereka ada info. Tapi nggak ada satupun yang response. Sampai akhirnya, gue tau Novitri udah kerja dan Acil yang awalnya nyari kerja bareng gue ternyata dikasih info lowongan kerja dari Novitri. Dan mereka diem-diem aja. Nggak cerita apapun ke gue. Sampai gue sendiri yang nanya. You know, I feel betrayed. Gue ngerasa dilupain, dikhianatin, nggak dianggep.
Dan, mungkin emang bener. Mungkin dimata mereka, gue bukan temen. Melainkan cuma orang yang bisa ditanyain masalah pelajaran. Dan karena kami udah lulus, maka kami udah nggak saling kenal J

Terus ke ABAC. Awalnya, gue pikir mereka akan lebih baik dari yang lain. Karena, kami selalu bareng-bareng tiap ada kesempatan.
Tapi, lama-kelamaan gue juga selalu jadi orang terakhir diantara mereka yang tau tentang apapun.
Ketika Kevin dan Annis putus, gue adalah orang yang terakhir tau. Ketika orang tua Mas Jerry pisah, gue juga orang yang terakhir tau. Ketika Kim berantem sama Annis, lagi-lagi gue adalah orang yang terakhir tau. Itu pun karena Kim yang cerita ke gue.
Gue juga orang yang terakhir tau kalau Dhie dan Raka udah putus dari lama.

Gue sempet mikir, ‘apa mungkin cuma Kim yang peduli sama gue di ABAC?’. Secara, Kim doang yang sering curhat sama gue. (Meskipun gue sama Ko Mickey dan Ryo sering ngobrol, tapi mereka jarang banget curhat tentang apapun ke gue), Yang lainnya nggak. Harus gue yang duluan kepo dan nanya “ada apaan sih? Ada apaan sih?”

Dan jujur, gue mulai jenuh. Gue mulai muak untuk kepo dan selalu mau tau.

Akhirnya, lagi-lagi gue berusaha menghilang. Gue mau liat ada yang beneran nganggep gue atau nggak. Triknya tetep sama. Ketika gue sakit, gue nggak contact mereka.
Dan lu tau? Hasilnya sama kayak yang gue perkirakan. Diantara 8orang itu, cuma tiga orang yang berusaha nyari gue. Mickey, Kim, dan Ryo. Mungkin, bagi 5 orang lainnya, gue Cuma sekedar pelengkap. Kalau kata Kenny, ibarat ketimun dinasi goreng.

Sejujurnya, gue ngerasa kecewa. Buat gue, lebih baik dibenci daripada harus nggak dianggap dan dilupain.

Gue nggak tau sih yang salah itu dimana. Entah gue yang nggak bisa bergaul dan meninggalkan kesan. Atau mereka yang emang dari awal nggak pernah peduli sama eksistensi gue.
Gue sedih. To be honest, gue beneran sedih. Rasanya kayak gue mau nanya ke mereka “Selama ini itu tuh gue di anggap apa? Bagi kalian, gue ini apa?”

Regards,
Anastasia Virainia Sari.

No comments:

Post a Comment